SEBUAH NAMA



Sebuah nama menyapa diiringi senyuman dan tutur hangat, menguntai kalimat membuatku berharap waktu melambat. Saat ia termangu di perhentian, aku kembali sendiri duduk bersandar dan menikmati lalu lalang orang disepanjang jalan yang kulewati.

            Kita duduk berhadapan kini, aku tidak lagi ditemani secangkir kopi dan tetesan harapan, melainkan kosakata yang saling bersahutan. Hari ini kali kedua di minggu ketiga November diiringi hujan yang menyusupkan dingin diantara kita yang kian menghangat.

Tiga purnama beranjak dalam senyap, aku larut dalam ceritaku sendiri, dalam dunia yang kuciptakan dan kurangkai dengan gejolak kegembiraan, amarah, harapan, arogansi dan ketidakberdayaan.

            Sebuah nama itu kembali datang, menawarkan perjanjian selamanya. Aku tertegun memejamkan mata, mencoba mencerna dan mendengarkan bisikan dari sebagian diriku, apakah ini yang Tuhan mau? Inikah saatnya aku memutuskan?

Sebuah nama yang datang mengetuk perlahan dalam luka, menawarkan kesejukan meski tahu akan terjadi prahara. Sebuah nama menggenggam jemariku melalui  jalanan yang masih samar didepan ku.


            Sebuah nama yang berawal tanpa kesan

Komentar

Postingan Populer