DOMPET
“Ra… dompet gue kagak ada Ra”
wajah Yuni bingung menatap Rara disampingnya, mereka sedang berdiri di depan
meja kasir sebuah pusat perbelanjaan, dua sahabat itu menengok ke belakang,
Yuni tampak menelan ludah melihat antrean yang mulai memanjang di belakang
punggungnya
“kok bisa? Emang tadi lu taruh
mana? Periksa lagi kantong lu….” Ucap Rara tenang
“seingat gue tadi gue pegang Ra,
kok sekarang kagak ada? Ketinggalan dimana ya Ra?” Yuni terlihat tidak dapat
menyembunyikan kegelisahannya, wajahnya mulai tampak pucat, terlebih mulai
terdengar gumaman dari belakang punggungnya
“ya udah… nih, pake uang gue aja
dulu, habis itu kita cari dompet lu di dalam” Rara dengan sikap tenangnya
mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkan ke kasir
Rara dan Yuni kemudian
menghubungi petugas security tempat itu, menjelaskan duduk permasalahan dan
meminta bantuan mereka untuk menemukan dompet Yuni yang diduga tercecer di
dalam. Rara, Yuni dan 3 orang petugas di lantai tiga itu mulai berpencar dan
berkeliling mencari dompet dengan ciri-ciri yang telah disebutkan oleh Yuni.
Setiap rak, setiap lorong tidak luput dari pemeriksaan kelima orang tersebut,
bahkan Yuni sempat bertanya pada beberapa pengunjung apakah melihat dompet miliknya.
Setelah kurang lebih 30 menit, kelima orang tersebut berkumpul dengan hasil
yang nihil, dompet Yuni tidak ditemukan, mata Yuni mulai tampak berkaca-kaca.
Setelah mengucapkan terimakasih pada petugas, dua gadis ini beranjak keluar
dari tempat itu
“gimana ni Ra? Gue mesti bilang
apa sama mama? Gue takut Ra” rengekan Yuni mulai terdengar. Rara sudah hapal
dengan sifat sahabatnya ini, meski mereka seumuran tapi cara berpikir dan
bersikap mereka sangat jauh berbeda.
“coba lu ingat-ingat lagi, lu
taruh mana tu dompet? Apa benar-benar lu bawa masuk? Apa lu sempat ke toilet
sebelum nemuin gue? Kita sudah obok-obok lantai ini Yun, kagak ada hasilnya.
Gue cuma kuatir aja ni, jangan-jangan lu sebenarnya lupa kagak bawa dompet dari
rumah, soalnya gue sendiri kagak lihat lu pegang dompet mulai tadi” Rara
melipat tangan didepan dadanya sambil menatap lurus sahabatnya, yang ditatap
malah terlihat garuk-garuk kepala dan kebingungan
“apa gue liatin lagi di mobil ya
Ra? lu tunggu disini ya, jangan kemana-mana” Yuni berucap sambil berjalan cepat
meninggalkan sahabatnya, memasuki lift menuju basement tempat mobilnya diparkir.
Selang beberapa saat kemudian, telpon genggam Rara berdering, tampak nama Yuni
di layar
“halo…. Gimana Yun” Tanya Rara
saat menerima panggilan Yuni
“Ra… ayo pulang, dompet gue ada
di kursi belakang, ketutup ama bantal” nada suara di seberang telpon Rara
terdengar santai dan tanpa beban meluncur begitu saja.
Komentar
Posting Komentar